SURABAYA – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengajak seluruh kepala daerah di wilayahnya untuk menjaga iklim investasi yang inklusif, aman, dan berkelanjutan.
Ia menekankan pentingnya menciptakan suasana investasi yang bebas dari praktik premanisme agar mampu memberikan kepastian dan kenyamanan bagi investor.
"Intinya, kita berkomitmen menjaga iklim investasi yang inklusif, berkelanjutan, aman, dan bebas premanisme. Kepastian dan kenyamanan investor harus menjadi prioritas bersama," ujar Khofifah dalam keterangannya di Surabaya, Rabu (16/7).
Menurut Khofifah, iklim investasi yang kondusif menjadi kunci dalam menarik minat investor, baik dari dalam maupun luar negeri.
Oleh karena itu, komitmen yang telah dibangun perlu diikuti dengan langkah konkret oleh semua pihak terkait.
Untuk mendorong pertumbuhan investasi, Pemprov Jatim telah menyiapkan sejumlah strategi, di antaranya:
Percepatan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) kabupaten/kota
Pengembangan infrastruktur industri
Pelatihan tenaga kerja melalui program Skill Match 100k
Penyusunan dashboard debottlenecking
Penyederhanaan regulasi melalui percepatan peraturan gubernur tentang insentif penanaman modal
Promosi berbasis platform digital, seperti WebGIS
Khofifah menegaskan bahwa langkah-langkah tersebut akan memberikan efek positif, antara lain kepastian lokasi investasi, efisiensi logistik, pengurangan pengangguran, peningkatan produktivitas, serta meningkatnya kepercayaan investor.
Di samping itu, Pemprov Jatim juga terus memperkuat fasilitas pendukung investasi seperti pasokan energi, penyediaan lahan, kemudahan perizinan, panduan pelaporan kegiatan, fasilitasi ketenagakerjaan, hingga ketersediaan data peluang investasi.
“Menyiapkan karpet merah untuk investor dalam dan luar negeri itu penting,” ujar Khofifah.
Upaya lainnya dilakukan melalui penyusunan Investment Project Ready to Offered (IPRO), kurasi proyek hilirisasi, pembangunan kemitraan, percepatan perizinan, dan promosi investasi lintas sektor.
Saat ini, IPRO Jatim meliputi sektor manufaktur, infrastruktur, pariwisata, agrikultur, kawasan industri, hingga layanan kesehatan.
“Jawa Timur siap menjadi pusat pertumbuhan industri berbasis nilai tambah, khususnya di sektor agribisnis, pertambangan, dan manufaktur,” tegasnya.
Khofifah juga menyoroti posisi strategis Jawa Timur sebagai Center of Gravity ekonomi nasional, dengan dukungan 21 rute Tol Laut, 7 bandara, 37 pelabuhan, 12 ruas tol, 12 kawasan industri, 2 kawasan ekonomi khusus (KEK), serta satu kawasan industri halal.
"Hampir 80 persen logistik untuk 19 provinsi di Indonesia Timur dikirim melalui Jawa Timur lewat Pelabuhan Tanjung Perak," tambahnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Jawa Timur pada triwulan I tahun 2025 mencapai Rp819,3 triliun.
Angka ini menyumbang 14,42 persen terhadap PDB nasional dan 25,11 persen terhadap PDRB Pulau Jawa, dengan pertumbuhan ekonomi 5 persen secara tahunan (Year-on-Year), lebih tinggi dari rata-rata nasional.
Khofifah juga menyampaikan apresiasinya kepada Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Timur atas dukungan mereka dalam promosi dan peningkatan investasi, baik di dalam negeri maupun secara internasional.
Menanggapi hal itu, Kepala Perwakilan BI Jawa Timur, Ibrahim, menegaskan pentingnya menjaga pertumbuhan ekonomi daerah dengan prinsip KIS: Konsistensi, Inovasi, dan Sinergi.
"KIS ini menjadi kunci untuk terus memperkuat iklim investasi di Jawa Timur," ujarnya. []